TIMES KEPAHIANG, MALANG – Masyarakat Desa Maguan, Ngajum, Kabupaten Malang sudah dikenal lama menggeluti budidaya ikan air tawar jenis lele. Salah satunya, Solikin (45), yang mengaku menjadi petani ikan lele sejak 2016 silam.
Solikin mempunyai 17 kolam pembenihan ikan lele di lahan miliknya sendiri, yang ada di RT 11/RW 05 Desa Maguan. Selama ini, ia tergabung dalam kelompok tani Rejo Makmur Desa Maguan, dengan anggota kurang lebih 150 petani.
"Sejak tahun 2016 sudah melakukan pembenihan ikan lele ini. Benih lele yang siap jual, harganya antara Rp 85 sampai Rp 100 per ekor. Ya, kurang lebih sekali siklus pembenihan bisa menjual sampai 1 juta ekor, mas," terang kepada TIMES Indonesia, yang menyambangi sentra pembenihan milinya, belum lama ini.
Jika dihitung, menurutnya kurang lebih benih ikan lele yang dipelihara, bisa terjual dengan total harga jual 1,5 kali lipat dari biaya operasional pembenihan.
Untuk petani yang melakukan pembenihan ikan lele seperti dirinya, memang belum banyak di satu wilayah Desa Maguan. Akan tetapi, sebagian besar memang untuk budidaya pembesaran ikan lele dari kolam setiap petani.
Ia mencontohkan, dengan modal pembenihan dan pemeliharaan sebesar Rp 5 juta, petani benih lele bisa mendapatkan hasil penjualan Rp 10-12 juta.
Untuk daerah pemasaran benih lele yang dibudidayakan, kata Solikin, biasanya terjual sampai daerah Tulungagung dan Madura, juga wilayah luar Jawa Timur, yakni sampai Makassar. Hasil pembenihan lele milik petani, menurutnya diambil pengepul dari desa setempat, untuk pengiriman langsung kepada pembeli.
Ia mengaku, jika bisa menjual langsung kepada pembeli, hasil pembenihan lele yang dijualnya bisa selisih sampai tiga kali lipat. Akan tetapi, petani lebih memilih langsung diambil di kolam pembenihannya, karena lebih mudah dan berbagi rezeki dengan pihak pengepul.
Tempat pembenihan ikan lele yang dikelolanya, menggunakan sistem dengan bangunan seperti halnya demplot atau rumah kaca. Yakni, dengan penutup terpal plastik yang masih bisa tembus sinar matahari.
Dengan sistem demplot tertutup ini, ia mengaku bisa mengantisipasi kondisi cuaca, dimana kolam tidak kemasukan air saat hujan. Selain itu, pada bulan-bulan tertentu, saat cuaca sedang bediding atau sangat dingin, benih lele masih merasakan suhu air hangat dalam kolam.
Untuk sekali musim panen benih lele, lanjut Solikin, hanya membutuhkan waktu 2,5 sampai 3 bukan, mulai telur dan larva, sampai benih ikan siap jual.
Dikatakan, pembenihan ataupun pembesaran ikan lele sudah menjadi mata pencaharian utama sebagain masyarakat Desa Maguan dan sekitarnya, selain bertani kebun. Dari sekitar 600 KK, ada sekitar 150 petani dalam satu kelompok tani sepertinya yang budidaya ikan lele.
Sebagai petani ikan lele, ia mengaku sudah sering mendapatkan bantuan dari pemerintah, terutama untuk bibit ikan. Meski demikian, diakuinya masih berharap dukungan dan fasilitasi lain agar petani lele lebih berkembang.
"Untuk bibit dan pembuatan tempat budidaya, kami sudah mendapatkan bantuan. Terlebih, di sini lahan untuk budidaya rata-rata warga punya. Ya, mungkin lebih pada penguatan pendampingan untuk pengembangan, terutama banyak petani lele di sini masih berusia muda," pungkas Solikin. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kisah Sukses Warga Desa Maguan Kabupaten Malang Meraup Cuan dari Benih Ikan Lele
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Ronny Wicaksono |