TIMES KEPAHIANG, SIGI – Minggu siang itu, langit di atas Kecamatan Palolo tampak cerah. Matahari bersinar terik, membakar semangat 32 anggota Komunitas Motor Trail Palolo-Nokilalaki (KOSTRAP).
Mereka tidak sekadar menantang adrenalin. Mereka membawa misi.
Dipimpin Kolonel Inf H. Rahman Taleho, didampingi Camat Palolo, Muh. Syukur, rombongan ini melaju. Deru mesin motor trail memecah kesunyian desa-desa terpencil.
Jalur ekstrem, medan berat, bukan penghalang. Mereka melintasi Desa Bobo, jalanan berbatu di Kritik X Kebun Sari, hingga Desa Kamarora. Lalu berbelok ke Desa Tongoa, melaju di poros Trans Palu-Napu dan akhirnya finis di Desa Makmur.
Namun, lebih dari sekadar perjalanan. Lebih dari sekadar petualangan. Mereka membawa harapan.
Di tangan mereka, sembako untuk warga yang membutuhkan. Di hati mereka, niat tulus menyapa, mendengar, merasakan denyut kehidupan masyarakat pelosok.
Bukan sekadar kunjungan, tapi jalinan silaturahmi. Bukan sekadar berbagi, tapi menyulam kepedulian.
Seorang ibu di Desa Karunia menyambut mereka dengan mata berbinar. Tangannya gemetar menerima bantuan. "Terima kasih, Nak. Semoga Allah membalas kebaikan kalian," ucapnya lirih.
Kolonel Rahman hanya tersenyum. Ia tahu, perjalanan ini lebih dari sekadar mengenal wilayah. Ini tentang membangun kedekatan. Tentang komunikasi sosial. Tentang memastikan bahwa negara hadir, bahkan di sudut-sudut terpencil.
Di kafe Seiko, tempat perjalanan berakhir, para peserta berbincang. Lelah, tapi bahagia. Motor mereka mungkin dipenuhi lumpur. Tapi hati mereka? Bersih, penuh makna.
Mereka sadar, touring kali ini bukan hanya tentang jalur terjal yang mereka taklukkan. Tapi tentang hati yang mereka sentuh. Tentang kepedulian yang mereka tanamkan. Dan mereka tahu, esok, jalanan itu akan selalu menanti. Begitu pula senyum-senyum harapan di pelosok negeri. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Cerita Touring KOSTRAP: Menembus Pelosok, Menyulam Kepedulian
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Ronny Wicaksono |