TIMES KEPAHIANG, TANGERANG – Generasi Z yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an dikenal sebagai generasi pertama yang tumbuh besar dengan internet, media sosial dan teknologi mobile. Teknologi ini membentuk cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi. Karakteristik ini juga mempengaruhi pendekatan mereka terhadap komunikasi persuasif. Untuk memahami komunikasi persuasif ala Generasi Z, penting untuk mempertimbangkan bagaimana teknologi dan budaya digital memengaruhi preferensi dan strategi komunikasi mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa Generasi Z cenderung lebih terampil dalam menggunakan berbagai platform digital untuk menyampaikan pesan mereka. Mereka menggabungkan teks, gambar, video dan meme untuk membuat pesan yang menarik dan mudah diingat. Ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih mengandalkan komunikasi verbal dan tertulis yang formal.
Salah satu aspek penting dari komunikasi persuasif Generasi Z adalah penggunaan media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok dan Twitter bukan hanya alat untuk berbagi momen pribadi, tetapi juga untuk mengkampanyekan isu-isu penting. Generasi Z menggunakan media sosial sebagai alat utama untuk advokasi dan perubahan sosial. Mereka memanfaatkan viralitas konten untuk menyebarkan pesan mereka ke audiens yang lebih luas dengan cepat.
Generasi Z juga menunjukkan kecenderungan untuk lebih autentik dan transparan dalam komunikasi mereka. Mereka menghargai keaslian dan cenderung lebih skeptis terhadap pesan yang terlihat terlalu komersial atau manipulatif. Menurut Nugraha dan Widodo (2021), generasi ini lebih mudah terhubung dengan brand atau individu yang menunjukkan nilai-nilai sejati dan kepedulian terhadap isu-isu sosial.
Pendekatan visual dan interaktif juga menjadi ciri khas komunikasi persuasif Generasi Z. Mereka cenderung lebih responsif terhadap konten yang visual dan interaktif, seperti video pendek, infografis dan story di media sosial. Ini membuat pesan lebih mudah dicerna dan menarik perhatian dalam waktu singkat.
Generasi Z juga dikenal sebagai digital natives yang mahir dalam mencari dan mengevaluasi informasi. Mereka mampu memilah informasi yang valid dari yang tidak, berkat keterampilan literasi digital yang mereka miliki. Generasi Z memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi sumber yang kredibel dan cenderung lebih kritis terhadap berita atau informasi yang mereka terima.
Meskipun demikian, ada tantangan yang harus dihadapi dalam komunikasi persuasif dengan Generasi Z. Mereka sangat selektif dalam memilih konten yang mereka konsumsi dan berbagi. Ini berarti bahwa pesan persuasif harus sangat relevan, menarik dan otentik agar dapat diterima oleh mereka. Pendekatan yang melibatkan kolaborasi dan partisipasi aktif dari audiens dapat meningkatkan efektivitas komunikasi dengan Generasi Z.
Sebagai contoh konkret, sebuah kampanye kesehatan mental yang ditujukan untuk Generasi Z dapat menggunakan pendekatan visual dan interaktif untuk meningkatkan keterlibatan. Kampanye tersebut dapat melibatkan video pendek yang menceritakan pengalaman pribadi seseorang yang pernah mengalami masalah kesehatan mental dan bagaimana mereka mengatasinya.
Selain itu, infografis yang menjelaskan statistik dan fakta penting tentang kesehatan mental dapat digunakan untuk memberikan informasi dengan cara yang mudah dicerna. Mengadakan sesi live di Instagram atau TikTok dengan ahli kesehatan mental untuk menjawab pertanyaan secara real-time juga dapat menjadi cara efektif untuk berinteraksi langsung dengan audiens dan memberikan informasi yang bermanfaat. Mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam tantangan atau proyek komunitas yang mendukung kesehatan mental, seperti membuat konten positif atau berbagi cerita inspiratif, juga dapat meningkatkan keterlibatan mereka.
Generasi Z juga dikenal sebagai konsumen yang sangat sadar akan etika dan nilai-nilai. Mereka cenderung mendukung brand yang menunjukkan tanggung jawab sosial dan keberlanjutan. Oleh karena itu, perusahaan yang ingin memasarkan produk kepada Generasi Z harus memastikan bahwa pesan mereka tidak hanya persuasif tetapi juga mencerminkan komitmen yang tulus terhadap isu-isu penting. Transparansi dan kejujuran adalah kunci untuk membangun kepercayaan dengan generasi ini.
Pendekatan yang memanfaatkan influencer atau public figure yang dihormati oleh Generasi Z dapat sangat efektif. Influencer sering kali memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan dan pandangan Generasi Z, karena mereka dianggap lebih relatable dan autentik. Kolaborasi dengan influencer yang memiliki nilai dan audiens yang sesuai dapat memperkuat pesan persuasif dan mencapai dampak yang lebih besar.
Kesimpulannya, komunikasi persuasif ala Generasi Z memerlukan pendekatan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Dengan memahami cara mereka berkomunikasi dan preferensi mereka, kita dapat merancang pesan yang lebih efektif dan berdampak. Generasi Z telah menunjukkan bahwa mereka adalah penggerak perubahan yang kuat dan dengan strategi komunikasi yang tepat, kita dapat bekerja sama untuk menciptakan dunia yang lebih baik. (*)
***
*) Oleh : Futri Oktafiani, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Komunikasi Persuasif ala Generasi Z
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |