TIMES KEPAHIANG, JAKARTA – Tidur telah lama dianggap sebagai waktu istirahat bagi tubuh, tetapi penelitian terbaru dari dunia sains saraf dan psikologi menunjukkan bahwa tidur sebenarnya adalah “mesin pengoptimal otak” yang tidak hanya menguatkan ingatan, tetapi juga mempersiapkan otak untuk belajar di masa depan.
Studi oleh tim peneliti dari Rice University menunjukkan bahwa tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement) memainkan peran penting dalam menyinkronkan aktivitas neuron, yang kemudian meningkatkan kemampuan otak dalam mengkode informasi.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Science, ditemukan bahwa selama tidur NREM, koneksi penghambat (inhibitory) di otak melemah lebih banyak dibanding koneksi rangsang (excitatory), menghasilkan peningkatan eksitasi yang kemudian membuat sirkuit otak “disetel ulang” untuk efisiensi yang lebih tinggi saat bangun nanti.
Tidur dan Integrasi Ingatan Kompleks
Menurut penelitian dari Ludwig Maximilians Universität München, tidur mendukung pattern completion dalam memori episodik, yaitu kemampuan otak mengaitkan kembali elemen-elemen kompleks dari sebuah peristiwa (misal: tempat, orang, benda) meski hanya sebagian informasi yang diberikan.
Penelitian itu menunjukkan bahwa sleep spindles (gelombang singkat aktivitas otak selama tidur) berperan penting dalam mengaktifkan kembali struktur neural yang menyimpan memori.
Dengan kata lain, tidur membantu kita menciptakan “gambaran menyeluruh” dari pengalaman masa lalu, bukan sekadar fragmen-fragmen kecil.
Lebih jauh lagi, penelitian yang dipublikasikan di Neuroscience News di tahun 2025 ini menunjukkan bahwa setelah tidur malam, orang mampu mengingat urutan kejadian dalam kehidupan (sequence of events) dengan jauh lebih baik, dan efek ini bertahan hingga satu tahun lebih.
Hal ini berhubungan dengan aktivitas gelombang lambat (slow waves) dan spindles di tidur dalam (deep sleep), yang tampaknya memperkuat struktur memori jangka panjang.
Tidur dan Pembelajaran Bahasa
Temuan dari University Of South Australia menambahkan dimensi lain, yaitu tidur membantu pembelajaran bahasa. Dalam eksperimen dengan 35 orang dewasa yang belajar bahasa mini bernuansa Mandarin, para peneliti menemukan bahwa koordinasi antara slow oscillation dan sleep spindles selama tidur sangat meningkatkan kemampuan mengingat kata-kata dan aturan tata bahasa.
Penelitian ini memperkuat ide bahwa tidur bukan sekadar henti aktivitas, tetapi fase aktif di mana otak mengolah dan memperkuat struktur bahasa yang baru dipelajari.
Implikasi untuk Kesehatan dan Pendidikan
Kognisi: Karena tidur membantu menyinkronkan jaringan saraf dan memperkuat memori kompleks, kurang tidur kronis bisa menghambat proses pembelajaran yang mendalam.
Terapi: Penemuan bahwa stimulasi otak tertentu dapat meniru manfaat tidur membuka kemungkinan pengobatan gangguan kognitif melalui neuromodulasi.
Pendidikan: Sekolah dan institusi bisa mempertimbangkan pentingnya rutinitas tidur dalam strategi pembelajaran. Misalnya, mendorong tidur berkualitas setelah materi sulit atau mengintegrasikan edukasi higienitas tidur dalam program pembelajaran.
Ilmu tidur (sleep science) kini tidak lagi sekadar bicara soal “istirahat.” Tidur adalah proses aktif yang memperkuat memori, menyusun ulang struktur otak, dan menyiapkan kita untuk pengalaman belajar berikutnya. Menjaga kualitas tidur dengan serius bisa menjadi “investasi otak” jangka panjang. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Memahami Sleep Science dan Rahasia Otak: Tidur Lebih dari Sekadar Istirahat
| Pewarta | : Mutakim |
| Editor | : Deasy Mayasari |