TIMES KEPAHIANG, JAKARTA – Perdana Menteri Kanada,Justin Trudeau mengundurkan diri dari posisinya sekaligus sebagai pemimpin Partai Liberal, Senin (6/1/2015) menyusul tekanan karena keretakan partai, meningkatnya biaya hidup dan ketidakpastian ekonomi.
Ia menjabat sebagai Perdana Menteri sejak 2015 dan sebagai emimpin partai sejak 2013. Keputusannya itu diambil menyusul meningkatnya tekanan internal dan menurunnya dukungan publik.
Popularitasnya juga menurun, dimana Partai Liberal tertinggal siginifikan dari Partai Konservatif yang beroposisi dengan selisih lebih dari 20 poin persentase dalam jajak pendapat terkini.
Keretakan di internal partai juga meningkat menyusul pengunduran diri tak terduga dari Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Chrystia Freeland pada 16 Desember 2024 lalu karena ketidaksepakatan atas kebijakan fiskal.
Dalam pernyataan pengunduran dirinya, Justin Trudeau memang mengakui adanya konflik internal dalam partainya.
"Saya bermaksud mengundurkan diri sebagai pemimpin partai dan perdana menteri sampai partai memilih pemimpin berikutnya melalui proses kompetitif yang kuat dan berskala nasional," katanya seperti dilansir Times of Canada.
Ia juga menekankan perlunya perubahan kepemimpinan untuk mengatasi masalah-masalah mendesak di Kanada secara efektif.
Partai Liberal kini berusaha memilih pemimpin sementara untuk menjabat hingga penggantinya dipilih.
Calon potensial termasuk Menteri Keuangan Dominic LeBlanc, Menteri Luar Negeri Mélanie Joly, Menteri Inovasi François-Philippe Champagne, dan Menteri Transportasi dan Perdagangan Dalam Negeri Anita Anand.
Konstitusi partai mengharuskan nominasi diajukan setidaknya 90 hari sebelum pemungutan suara kepemimpinan yang dijadwalkan, meskipun jadwal itu bis disesuaikan mengingat iklim politik saat ini.
Masa jabatan Justin Trudeau ditandai oleh kebijakan progresif dan upaya untuk mempromosikan keberagaman dan kesetaraan gender.
Namun, masa jabatannya juga diwarnai oleh kontroversi, termasuk munculnya kembali gambar wajah hitam, tuduhan meraba-raba, dan kritik atas perampasan budaya selama perjalanan ke India pada tahun 2018.
Insiden itu, ditambah dengan tantangan ekonomi baru-baru ini, telah menyebabkan menurunnya dukungan publik terhadapnya.
Saat Partai Liberal bersiap untuk pergantian kepemimpinan, pemilihan umum parlemen federal mendatang, yang harus dilaksanakan pada bulan Oktober 2025, semakin dekat.
Partai tersebut menghadapi tantangan untuk memulihkan kepercayaan publik dan menghadirkan front persatuan untuk melawan pengaruh Partai Konservatif yang semakin besar di bawah pimpinan Pierre Poilievre.
Pengunduran diri Justin Trudeau sebagai Perdana Menteri sekaligus sebagai Pemimpin Partai menandai berakhirnya babak penting dalam politik Kanada, meninggalkan warisan kompleks yang akan dianalisis dan diperdebatkan di tahun-tahun mendatang. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tekanan Menguat, PM Kanada Justin Trudeau Pilih Mundur
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |